Pages

Monday, 17 April 2017

Proses uji terhadap perluasan metodologi Role Playing Games untuk mengkalibrasi perilaku agen dalam Agent-Based Simulation

Agent-Based Simulation atau simulasi berbasis agen merupakan sebuah metodologi yang mengklaim mampu merepresentasikan perilaku manusia dalam sebuah simulasi komputer. Dengan demikian, maka simulasi ini dapat menunjukkan konsekuensi dari perilaku manusia yang beraneka ragam. Misalnya, jika di sebuah lapangan berkumpul seribu orang. Kebanyakan orang memutuskan untuk melempar batu jika setengah dari orang yang berada sekitarnya sudah melempar batu. Maka, jika ada lima orang yang mulai melempar batu, apakah kemudian akan terjadi kerusuhan di lapangan tersebut?

Karena perilaku merupakan landasan utama dari metode simulasi ini, maka kemampuan seorang pemodel untuk menagkap perilaku manusia dan membuat algoritma (program) yang mirip adalah mutlak. Sayangnya, hingga saat ini tidak banyak pemodel yang mampu menjamin, bahkan sekedar menunjukkan bahwa perilaku mirip dengan perilaku manusia yang mereka modelkan. Dalam kegiatan penelitian ini saya dan rekan-rekan mengusulkan suatu metodologi yang dapat membantu pemodel untuk memahami dan menangkap perilaku manusia yang mereka modelkan. Selain itu, metodologi ini juga membantu dalam menunjukkan bahwa perilaku yang diprogramkan dalam simulasi komputer mirip dengan perilaku manusia sesungguhnya.

Strategi yang kami lakukan adalah dengan memperbaiki dan memperluas metodologi bermain peran (Role Playing Game disingkat RPG). Meodologi ini sebenarnya sudah banyak dipergunakan, termasuk dalam proses membuat sebuah agent-based simulation. Akan tetapi biasanya hanya dipergunakan sebagai media untuk "ngobrol-ngobrol"; ice breaking agar para partisipan mengenal dan memiliki kepercayaan kepada peneliti; dan agar para partisipan mengenal perilaku masing-masing. Dampaknya memang positif, karena dengan mengenal satu sama lain, para partisipan dapat mengetahui dampak perbuatannya terhadap orang lain, dan dengan demikian memudahkan kerja sama dengan orang lain di dunia nyata. Akan tetapi, belum ada bukti bahwa dengan menggunakan RPG, pemodel dapat menghasilkan simulasi komputer yang lebih mirip dengan kenyataan.    

Saya menerangkan tujuan dari kegiatan penelitian ini dan aturan permainan kepada para peternak susu di Pangalengan
Dalam memperluas metodologi RPG, kami mula-mula membongkar praktek pelaksanaan RPG yang ada selama ini. Saya kemudian menambahkan beberapa langkah supaya selama RPG para partisipan mengalami hal yang mirip dengan kenyataan. Dengan langkah-langkah yang sudah dilengkapi ini, saya menciptakan sebuah permainan mirip monopoli, tentang proses beternak sapi perah. Perangkat permainan yang saya desain kemudian diproduksi oleh salah satu teman saya di Bandung, Akhwal Hermawan Hafidz.

Saya memakai berbagai media untuk mengamati dan merekam bagaimana para peternak sapi susu membuat keputusan
Dengan bantuan Pak Andre Daud dan Safitri dari UNPAD, kami mengundang para peternak sapi susu untuk memainkan permainan ciptaan saya. Peternak-peternak ini berasal dari desa Wanasari, Sukamenak dan Pangalengan. Kurang lebih 24 orang petani kami undang untuk turut serta dalam proses uji ini (belum termasuk anggota keluarga petani yang menonton dan mendukung). Dan hampir seminggu kami habiskan dalam pengujian ini (dikurangi dua hari karena tim peneliti dan partisipan harus menghadiri pertandingan PERSIB).
    
Permainan ciptaan saya ini hak kekayaan intelektualnya masih milik Lancaster University
Dalam setiap sesi permainan, masing-masing pemain harus membuat serangkaian keputusan yang berkaitan erat dengan bagaimana mereka mengelola usaha sapi perah sesungguhnya. Permainan ini ternyata sangat menarik, sehingga para peternak ini meminta saya supaya perangkatnya boleh mereka miliki. Niatnya, mereka ingin memakai permainan ini untuk pertandingan 17 Agustusan. Sayangnya, biarpun saya yang menciptakan, hak kekayaan intelektual dari permainan ini masih miliki Lancaster University. Saya belum tahu apakah nantinya akan ditransfer ke saya dan para pembimbing saya, atau akan dikomersialisasikan oleh Lancaster University. Mari kita tunggu saja babak itu.

Dalam kegiatan ini, saya tidak hanya ingin mengetahui pandangan para pemain terhadap permainan ciptaan saya. Saya juga mengamati dan mencatat setiap keputusan pemain dengan menggunakan berbagai media, misalnya tabel observasi dan kamera video. Sayangnya saya belum bisa ungkapkan bagaimana data ini kemudian dikonversi menjadi algoritma komputer dalam sebuah agent-based simulation. Mengenai apakah metodologi yang saya ajukan ini memang dapat meningkatkan kualitas suatu simulasi juga masih rahasia. Saya juga belum bisa ceritakan bagaimana simulasi ini dapat membantu membuat kebijakan dalam sektor sapi perah di dunia nyata. Ini semua akan saya ceritakan pada kesempatan yang lain.

Sebagai penutup saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang berpartisipasi dalam proses pengujian ini.